Langsung ke konten utama

(pengalaman) Traveling tanpa harus meninggalkan anak

Berawal dari saat SD kelas 6 saya menyukai pelajaran IPS tentang negara-negara. Setiap membahas tentang suatu negara, saya sering membayangkan jika tinggal di negara tersebut. Saat SLTP (SMP) saya bercita-cita kuliah jurusan geografi. Dan saat SMU (SMA) belajar antropologi tentang kebudayaan-kebudayaan Indonesia, saya juga ingin bisa berkeliling Indonesia.

Saya dididik dengan sangat keras. Cenderung dikekang. Jangankan untuk main bersama teman-teman, pulang terlambat saja sering kena marah. Masa remaja saya membosankan. Hanya buku diary dan radiolah teman/hiburan di rumah.

Masa kuliah mulai jauh dari orang tua. Seperti kuda lepas dari kandangnya. Karena Gombong dekat dengan pantai, saya sering ke pantai meski hanya untuk melihat ombak (harap dimaklum, anak gunung yang jarang lihat pantai). Setidaknya saya terhibur karena bisa piknik/pergi ke tempat jauh (selain dari Bandung).

Impian saya untuk piknik keliling piknik tiba-tiba berhenti begitu saja setelah  menikah, punya anak dan bekerja. Apalagi jarak antara rumah dan tempat kerja cukup jauh, yang dilakukan pada hari libur hanyalah istirahat, meskipun hasrat ingin traveling selalu ada. Mengingat kondisi keuangan yang benar-benar pas-pasan, yaa terpaksa mimpi itu tinggal mimpi saja.

Sampai satu kesempatan datang. Saya punya kerja sampingan yang berkaitan dengan travel. Impian saya bisa dilanjutkan, sekaligus mendapat uang tambahan.

Bilqis waktu itu masih TK. Saya tinggalkan untuk beberapa hari. Sebelum saya berangkat, saya selalu minta persetujuan Bilqis (meskipun saat itu terdengar seperti memberikan informasi saja. Bukan minta ijin) dan saya berjanji akan membelikannya oleh-oleh saat pulang.

Ketika pulang, saya selalu disambut pelukan Bilqis. Pelukan seorang anak yang rindu ibunya, yang kehilangan ibunya beberapa hari. Dan saya selalu suka raut wajah gembiranya ketika saya memberikan oleh-oleh.

-----
Tapi  tragedi colokan  mengubah impian saya.

Singkat cerita, saya punya kesempatan ke luar negeri. Setelah sampai di KLIA, tak lupa saya membeli nomor telpon setempat agar komunikasi saya dan Bilqis tetap berjalan.

(FYI, sejak masuk SD, Bilqis sudah punya tablet dan punya akun BBM. Dan kita sering memanfaatkannya untuk berkomunikasi. Terutama saat saya sedang bepergian)

Selama perjalanan, saya banyak mengambil gambar untuk dikirimkan kepada Bilqis. Bilqis banyak bertanya tentang keadaan Malaysia, maupun ungkapan rindunya: kangen mimi.

Tahu-tahu ada peringatan batrei handphone saya low. Saat akan men-charge saya baru ngeh kalau colokannya berbeda dengan yang di Indonesia. Sejak itu saya mematikan telpon saya. Dan menghidupkannya sesekali. Saat dihidupkan, sudah banyak BBM masuk dari Bilqis. Menanyakan saya kenapa tidak balas, kenapa tidak buka BBM disertai emotion nangis.

Saya jadi ingat saat pergi ke Jakarta, Bilqis BBM bertubi-tubi mengungkapkan rindunya: Tidurnya ngga ada mimi. Mau disuapin mimi. Cepat pulang ya Mi.

Saya sangat sedih, karena tidak bisa BBMan dengan Bilqis. Waktu naik taksi, saya melihat ada charger, saya langsung minta izin pak driver untuk memakainya. Tapi karena perjalanannya gidak lama, batrei hanya bertambah beberapa persen saja. 4 hari di Malaysia rasanya tersiksa rindu pada anak.

Saat pulang, Bilqis menangis. Menangis karena senang. Lalu Bilqis cerita takut terjadi apa-apa sama Mimi, soalnya jarang BBM.

Saya sadar. Saya telah membuat kesalahan lebih memilih traveling (meskipun dengan motif kerja sampingan). Saya menyalahkan diri sendiri karena membuat Bilqis sangat khawatir. Membuat Bilqis menangis karena saking rindunya.

Sejak saat itu, saya tak ingin lagi pergi traveling tanpa Bilqis. Saya rela kehilangan impian kesempatan keliling Indonesia, asalkan selalu dengan Bilqis. Bahkan untuk kerja shift malampun rasanya agak berat meninggalkan Bilqis.

Dan sejak kejadian itu juga, saya menyisihkan uang tiap bulan, untuk traveling berdua dengan Bilqis. Alhamdulillah April 2017 saya dan Bilqis piknik ke Kebumen menggunakan uang itu. Dan next bulan Maret ini berencana ke Jogja.

Sekarang kerja sampingan saya adalah menjadi jasa titip beli untuk beberapa brand fashion muslim. Bersyukur, karena Allah menunjukkan jalan lain mencari uang tambahan. Dan insyaallah piknik dengan Bilqis akan menjadi agenda rutin tiap tahunnya. Semoga saya ada rezeki untuk itu (untuk melanjutkan impian saya tanpa harus meninggalkan Bilqis. Dan untuk membuat masa kecil, bahkan mungkin masa remaja Bilqis menarik dengan pengalamannya travelling)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Piknik sehari ke The Lodge Maribaya

#Latepost Mumpung Bilqis libur sekolah (karena kelas 6 UN), kepikiran untuk piknik sehari ke The Lodge Maribaya . Sebenarnya sudah merencanakan ke The Lodge Maribaya dari bulan-bulan sebelumnya dengan teman-teman kerja, tapi karena waktu itu cuaca kurang mendukung (sering hujan) rencananya ditunda sampai waktu entah kapan. Bukan mudah sih piknik bareng teman-teman dengan shift berbeda-beda. Dan kali ini terealisasi ke The Lodge Maribaya berdua dengan Bilqis saja. Menurut pengalaman teman-teman yang pernah kesana, perjalanan cukup jauh dengan medan nanjak dan jalan yang kadang ada yang tak mulus. Kalau bawa motor sendiri, kayaknya bakal "gempor". Teman lebih menyarankan naik angkutan online. Tentunya praktis, tapi kalau cuma sendiri (maksudnya dari sisi keuangan) lumayan berat di ongkos. Mulailah googling untuk mencari cara lain biar pikniknya low budget. Akhirnya kami pergi naik motor sampai stasiun Bandung. Motor diparkir disana karena letaknya strategis. Satu-satun...

Menuju (piknik ke) Gombong

Akhirnya piknik juga. Saya dan Bilqis  dari rumah pergi naik motor ke stasiun Kiara Condong. Setelah cari info akhirnya saya putuskan motor di parkir inap stasiun selama saya ke Gombong. Tarif parkir di stasiun Kiara Condong Rp. 12.000 untuk 24 jam pertama. 24 jam berikutnya biaya parkir inap sebesar Rp. 15.000 .  Helm bisa dititip di penitipan helm. Karena pikniknya low budget, saya memilih dicantelkan di motor yang sebelumnya dibungkus kresek besar (antisipasi basah karena hujan), lalu ditutup lagi jas hujan. - Kami naik kereta ekonomi Kutojaya selatan. Terakhir saya naik kereta api ekonomi itu zaman masih kuliah. Keadaan kereta sangat berbeda dengan sekarang.  Sekarang  bersih, ber-AC, tidak diperbolehkan merokok, bebas pengamen, pengemis, pedagang asongan, tidak ada sampah berserakan karena disediakan trash bag. Dan disediakan colokan (mungkin disesuaikan dengan kebutuhan zaman gadget). Kereta berangkat pukul 21.00 dari Kiara Condong, dan sampai Gom...

Piknik di Gombong, Kebumen

Hari 1 Setelah sholat subuh, dan istirahat sebentar, piknik di Gombong dimulai.... Benteng Van Der Wijck Tujuan pertama adalah Benteng Van Der Wijck. Jaraknya sekitar 2-3KM dari hotel. Saya dan Bilqis naik minibus jurusan Gombong-Kebumen (minibusnya ngetem di dekat Pasar Wonokriyo). Ongkosnya Rp. 2000. Kami berhenti di halte menuju benteng. Lalu berjalan kaki 1KM. Sebenarnya biar lebih mudah bisa naik becak, ongkosnya Rp. 15.000. Tiket masuk ke benteng Rp. 25.000/orang, termasuk tiket naik kereta api atas benteng, tiket masuk ke kolam renang (sayang sekali saya dan Bilqis tidak renang disana).  Di dalam benteng, Bilqis bisa melihat foto-foto  benteng saat sebelum di renovasi, foto pahlawan, foto presiden RI, dll. Dilihat dari foto benteng sebelum renovasi, keadaan benteng sekarang sudah lebih baik. Sudah dibangun kolam renang, taman bermain, becak air, biang lala, panggung hiburan, dan banyak lagi. Yang disayangkan, di dalam benteng masih a...